Hari itu aku melakukan perjalanan dinas ke Bojonegoro. Setelah selesai mengerjakan rutinitas pekerjaanku dibeberapa pelanggan aku bergegas untuk segera kembali pulang ke Gresik. Sebelumnya aku belokkan dulu mobil yang kukendarai disebuah Masjid. Masjid yang biasa aku singgahi untuk sholat dan istirahat jika aku pergi ke kota itu. Karena waktu itu sudah masuk sholat Ashar dan takutnya nanti nggak keburu untuk sholat dirumah.
Selesai sholat aku istirahat sejenak lalu bersiap-siap untuk segera melanjutkan perjalanan. Ketika aku hendak beranjak menuju ke mobilku, seorang lelaki tua mendekatiku. Lelaki tua yang biasa aku temui di Masjid itu. Dengan menengadahkan tangan kanannya sambil memberi isyarat dimulutnya aku paham bahwa ia minta uang untuk makan. Kemudian aku rogoh kantung celanaku dan kuberikan kepadanya beberapa lembar uang ribuan sisa pengembalian dari warung saat aku makan siang tadi. Sesudahnya aku bergegas ke mobilku dan segera melanjutkan perjalanan kembali.
Sepanjang perjalanan aku merenungkan kejadian tadi. Mengapa orang setua itu lontang lantung di Masjid dan jalanan tanpa ada yang memperdulikannya. Apakah dia masih memiliki keluarga ?. Kalau ada lalu dimanakah anak-anaknya?. Mengapa mereka membiarkan ayah mereka dalam kondisi seperti itu.
Teringat aku akan sebuah kisah yang pernah kubaca di internet. Kisah seorang lelaki yang tinggal dengan istri, anak dan ayahnya. Pada suatu ketika didaerahnya terjadi banjir bandang yang menenggelamkan kampung dan rumahnya. Dalam kepanikan dia berusaha menolong istri, anak dan ayahnya. Dalam satu kesempatan akhirnya sebatang kayu dari pohon yang hanyut mampu dia raih. Dia mencoba menolong mereka. Sayang kayu itu hanya mampu buat pegangan untuk 2 orang saja. Kebimbangan sempat menyelimuti hatinya, antara menolong Ayah, Istri atau anaknya. Dan akhirnya dia meraih tangan ayahnya untuk berpegangan pada sebatang kayu itu. Dengan sedih dia melihat istri dan anaknya perlahan-lahan tenggelam lalu hanyut terbawa arus banjir.
Singkat cerita bapak dan anaknya itu selamat dan saat berada dipengungsian beberapa orang bertanya kepada lelaki itu dengan pertanyaan yang hampir sama.
"Mengapa engkau lebih memilih menyelamatkan ayahmu yang sudah tua daripada istri dan anakmu?"
Orang itu menjawab ,"Bukannya aku tidak sayang kepada istri dan anakku tapi bagiku ayah adalah segalanya bagiku. Beliau hanya aku punyai sekali seumur hidup dan tidak akan dapat digantikan oleh siapapun. Sedangkan istri dan anakku semoga mereka tenang disisi Allah, aku juga sangat menyayangi mereka.Dan kelak jika Allah menghendaki dapat memberikan gantinya kepadaku dengan yang lebih baik."
Sejenak anganku terbayang kembali kepada sosok lelaki tua lain yang tergolek lemah tanpa daya diatas tempat tidur dikarenakan penyakit stroke yang dideritanya. Ketika aku terakhir pulang menengoknya hatiku merasa sedih sekali. Lelaki yang dulu terlihat kuat dan tegap meskipun dipundaknya menanggung beban berat untuk memperjuangkan hidup demi keluarga dan anak-anaknya kini tergolek lemah tanpa daya.
Kini setelah lebih 2 tahun ingatan itu kembali terlintas. Dalam hatiku aku hanya bisa berkata :
"Maafkan aku ayah, karena kesibukanku kita jarang sekali bertemu muka, jarang bicara dan bercengkrama seperti masa yang lalu. Maafkan aku karena tidak dapat menungguimu disaat-saat terakhirmu. Walaupun mulutku diam dan berusaha tegar, tapi dalam hatiku merasa sangat kehilangan. Hanya doa-doa yang dapat aku panjatkan, sebagaimana yang pernah engkau ajarkan padaku dulu. Aku tahu engkau adalah orang yang baik. Begitu baik... dan seorang ayah yang bertanggung jawab. Begitu beruntungnya aku begitu juga adik-adikku mempunyai ayah seperti dirimu. Banyak orang yang telah menghina dan menyakitimu tapi engkau hanya diam dan tidak pernah membalas perbuatan mereka. Bagiku engkau adalah panutan dan tidak ada seorangpun yang dapat menggantikanmu. Karena dirimulah aku bisa seperti sekarang ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya, mengampuni segala dosa dan menerima segala amal perbuatanmu serta hidup tenang disisiNya." Amiin..
19 Juni 2009
Mengenang Seorang Lelaki Tua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar