30 Desember 2015

Temukan Cinta Dalam Bekerja

Bila Anda tak mencintai pekerjaan Anda, cintailah orang-orang yang bekerja disana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan pekerjaanpun menjadi menggembirakan. 

Bila Anda tak menyukai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah untuk bekerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Toh jika Anda tidak bisa melakukkannya juga, nikmati pengalaman setiap pulang pergi dari dan ke ketempat Anda bekerja. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. 

Namun, bila Anda tak menemukan kebahagiaan disana, maka cintai apapun yang dapat Anda cintai dari kerja Anda: Tanaman hias, cicak diatas dinding atau gumpalan awan dari balik jendela kantor. Apa saja....

Bila Anda tak menemukan yang bisa Anda cintai dari pekerjaan Anda, maka kenapa Anda masih ada disitu? tak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah yang Anda cintai, lalu bekerjalah disana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan semua itu dengan rasa cinta yang tulus.

29 Desember 2015

Ayah

Ayah memang tidak mengandungmu, tapi dalam darahmu, mengalir darahnya...
Ayah memang tidak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama kau dengar ketikalahir untuk menenangkan jiwamu....
Ayah memang tidak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu...
Ayah memang tidak menyanyikanmu, agar kau tertidur, tapi dialah yang menjamin kau tetap nyaman dalam lelapmu...
Ayah memang tidak mendekapmu seerat ibumu, itu karena dia khawatir karena cintanya ia tidak bisa melepaskanmu.. ketika kau sudah bisa membangun sendiri hidupmu...
Ayahmu tidak pernah kau lihat menangis, bukan karena hatinya keras, tapi agar kau tetap percaya, dia kuat untuk kau bisa bergantung dilengannya...
Sayangi dan hormati ayahmu.. memang surga ada ditelapak kaki ibumu, tapi tidak ada surga untukmu tanpa keridhaannya...
Memang kau diminta mendahulukan ibumu, tapi ayahmu adalah jiwa raga ibumu...

28 Desember 2015

Renungan Tentang Rezeki

Rezeki itu tidak terbatas pada harta dan makanan, rezeki Allah itu luas

Rezeki itu bisa berupa teman yang shalih,

Atau pikiran yang tenang dan rileks,

Atau tidur yang nyenyak,

Atau tempat bernaung yang membuatmu tidak butuh pada orang lain dan terhina,

Atau berupa pemandangan yang menyejukkan hati dan mengubah moodmu,

Atau berupa seseorang yang mencintaimu dan bersabar atas segala kesalahanmu,

Atau berupa kata-kata indah yang engkau baca,

Atau berupa kasih sayang ibu dan ayah,

Atau berupa pundak orang yang engkau cintai sebagai tempatmu menangis,

Atau berupa kesempatan duduk bersama saudara-saudaramu yang bisa membuatmu menghapus kegalauan,

Atau berupa rasa hormat dari orang-orang disekelilingmu,

Atau berupa hadiah dari orang yang begitu berarti bagimu,

Atau berupa kemampuanmu untuk melayani diri sendiri,

Belajarlah memaknai setiap pemberian Allah, Jangan lupa untuk selalu mengiringi karunia-Nya dengan syukur..

Begitulah..

Disetiap kondisi selalu ada rezeki Allah untuk kita.

09 Desember 2015

Berseteru Memperebutkan Ibu

Pada salah satu pengadilan Qasim, Kerajaan Saudi Arabia, berdirilah Hizan al Fuhaidi dengan air mata yang bercucuran sehingga membasahi janggutnya. Apa sebabnya? Karena ia kalah dalam perseteruannya dengan saudara kandungnya.

Mengenai apakah perseteruan dengan saudaranya itu?, Tentang tanahkah?, atau warisan yg mereka saling perebutkan?

Bukan karena itu semua!!

Ia kalah terhadap saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yg sudah tua renta dan bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yg telah keriput.

Seumur hidupnya, ibunya tinggal dengan Hizan yg selama ini menjaganya.

Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yang tinggal di kota lain, utk mengambil ibunya agar tinggal bersamanya, dengan alasan, fasilitas kesehatan dan sebagainya di kota jauh lebih lengkap daripada di desa.

Namun Hizan menolak dengan alasan, selama ini ia mampu untuk menjaga ibunya. Perseteruan ini tdk berhenti sampai di sini, hingga berlanjut ke pengadilan.

Sidang demi sidang berlalu, hingga pada akhirnya sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis.

Kedua bersaudara ini membopong ibunya yang sudah tua renta yang beratnya sudah tidak sampai 40 Kg.

Sang Hakim bertanya kepadanya, siapa yang lebih berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun menjawab , sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku!”

Kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku!".

Sang Hakim berpikir sejenak kmudian memutuskan hak kepada adik Hizan, berdasar kemaslahatan bagi si ibu.

Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan. Air mata penyesalan karena tidak bisa memelihara ibunya tatkala beliau telah menginjak usia lanjutnya.

Dan, betapa terhormat dan agungnya sang ibu, yang diperebutkan oleh anak-anaknya hingga seperti itu.

Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu dan mutiara termahal bagi anak-anaknya.

Ini adalah suatu pelajaran mahal tentang berbakti, tatkala durhaka sudah menjadi budaya.

“Ya ALLAH, Yaa Robb kami!! Anugerahkan kepada kami keridhoan ibu kami dan berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbakti kepadanya!!” aamiin

Copas dari Sahabat yang baik hati

#Doaibu
#Ibunda
#Ibu
#Doaseorangibu

Sumber : www.aryginanjar.com